ambang bawah status
sosial rakyat nusantara
Bisa saja disebutkan bahwasanya karya jurnalistik layak
dianggap selaku dokumen sosial politik. Hasil jepretan tukang foto media massa,
tayangan berita atau karya tulis bisa jadi bukti. Minimal menambah analisa
pertimbangan, perhitungan berkeyakinan pihak tertentu.
Salah satu muatan kabar berupa komen pihak tertentu. Atau
hasil wawancara sekedar tarik mundur pernyataan. Bukti kemudian sesuai pesanan.
Motif pembuktian berita resmi pun tampak ter-rekayasa. Dengan cerdas diri mengkaitkan
antara kejadian yang sedang terjadi dengan yang pernah terjadi. Langsung bisa
di-judge siapa petugas utama di lapangan. Statemen bertendensi
peradilan ditambah narasi memilukan.
Masyarakat penjunjung tinggi peradaban bangsa, berniatan
tetap mempertahankan tata moral berbangsa dan bernegara. Menjaga eksistensi pranata plus tata sosial politik secara
turun-temurun. Pewarisan peradaban lokal melalui berbagai cara, jalur maupun
media.
Keunggulan pertama terasa nyata pada proses pewarisan peristiwa
demi peristiwa. Diformat dengan latar belakang halaman depan alamiah, ilmiah
dan illahiyah. Praktik pendidikan atau faktor ajar sejak dini, sejak dalam kaandungan
sampai pola uber ilmu sampai liang kubur.
Keunggulan kedua karena proses intensitas kehidupan
keluarga selaku madrasah, sekolah pertama dan awal bagi anak. Keluarga inti,
keluarga batih menjelma menjadi ajang sosialisasi primer. Pemodal anak sebelum
terjun ke lingkungan dan bermasyarakat.
Praktik sosial bermasyarakat, mengelola lingkungan sudah
menjadi adat, menu bebas 24 jam rakyat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar