Halaman

Sabtu, 11 Juli 2020

dilema rakyat miskin nusantara, tradisi lingkungan vs warisan keluarga


dilema rakyat miskin nusantara, tradisi lingkungan vs warisan keluarga

Posisi selaku negara berkembang, mau tak mau RI ikut prihatin atas aspek sosial. Maka daripada itu fokus pembangunan diarahkan kepada pengentasan kemiskinan, penanggulangan kelaparan, kesetaraan gender, mengurangi kematian bayi dan memperbaiki kesehatan ibu, mendorong keberlanjutan lingkungan dan kerjasama global dalam pembangunan.

Pasal Pembangunan Berkelanjutan dan Agenda Kemiskinan mengejar target dan sasaran pembangunan berbasis dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Singkat kata terwujudnya masyarakat yang bebas dari kemiskinan, ketimpangan dan ketertinggalan di tahun 2030.

Penyakit miskin merupakan bentuk kebalikan dari penyakit politik. Eksistensi grass root (massa di bawah), dikenal dengan sebutan akar rumput. Bukan menjadi akar sosial sebuah partai politik. Pembangunan manusia seutuhnya diutamakan bagi kesejahteraan manusia politik. Target agenda kemiskinan ambisius, yaitu menghilangkan kemiskinan dalam segala bentuknya.

Wong miskin secara individual sampai komunitas, bisa dipetakan. Gentayangan di jalan karena tunawisma. Inap di rumah tidak layak huni. Petani tanpa tanah atau tunakisma. Aneka perangkat kelengkapan miskin menjadi hak milik rakyat. Makanya, peluncuran Program Keluarga Harapan (PKH), yaitu program bantuan tunai bersyarat untuk keluarga sangat miskin.

Perhatian kepada rumah tangga berpendapatan 40% terendah atau 40% penduduk termiskin menjadi kelompok sasaran yang disasar, mengingat kelompok ini merupakan kelompok termiskin dan kesejahteraannya rentan terhadap dampak perubahan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar