Halaman

Rabu, 08 Juli 2020

penumpang gelap vs penumpang liar


penumpang gelap vs penumpang liar

Maksud terselubung, terang benderang, berlapis maupun tersurat, tersirat masih kalah pamor dengan maksud politik. Ungkapan tersebut menjadi milik semua disiplin ilmu, pakai tanda kutip atau tidak, tidak masalah. Pengguna ungkapan agar tampak gagah, asal pakai. Tak kalah klas rendah dengan peolok-olok politik.

Gambaran atas kondisi yang butuh kecerdasan pemirsa untuk ambil kesimpulan awal. Bisa sama-sama terjebak pada proses pembiaran terjadinya dégénerasi. Mirip penjajah Belanda. Kalau bangsa nusantara cerdas, dikwatirkan akan menuntut kemerdekaan. Tepatnya ingin melenyapkan penjajah sampai ke akar-akarnya.

Anak bangsa merdeka nusantara, sengaja memposisikan diri jaga jarak aman. Lagak lagu garang di kandang sendiri. Gaya pilih tanding. Itulah yang diharapkan pihak pengendali mutu. Siapa pegang kendali generasi muda, sesuai pola globalisasi. Soal petugas partai, urusan nanti. Kerja sama menjadi hubungan setara antara penjajah dengan pihak terjajah.

Pergeseran, degradasi komunikasi antar generasi. Persiapan sejak dini ujaran nista aneka kemasan. Plus ajaran melawan arus sesuai skenario global. Adat “kromo inggil” dirasa sarat basa-basi yang tak sesuai tuntutan dan tantangan adab global.

Akhirnya, beginilah jadinya jika mental anak jalanan, manusia bebas, manusia bebal masuk lingkaran istana. Pergeseran simbol politik negara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar