geliat
tani nusantara, lumbung pangan masyarakat vs lambung nasi rakyat
Dari aspek gizi politik,
partai politik lokal atau kedaerahan didaulat menjadi sumber protein adab
manusia politik. Skala pesimis, sosilogi politik etnik dapat disubstitusi atau
sistem barter antar daerah. Etnisitas bukan sekedar selaku identitas budaya dan
politik seseorang. Juga simbol bahasa, adat istiadat, tradisi dan bahkan karakteristik
postur fisik tubuh. Mewujudkan spektrum yang
lebih luas, seperti keahlian khusus yang dimiliki warga lokal.
Otoritas dan demokrasi
lokal, efek otonomi daerah, menyebabkan politik etnik tidak akan tergantikan dengan
satuan politik lain. Pelaku konsumen politik yang fanatik, menyebabkan kadar
adab rawan, rentan, riskan terdegrasi secara internal. Pola distribusi, .sirkulasi
perkursian nusantara menentukan nilai jual calon politisi di tingkat konsumen.
Justru di lokalisasi habitat
dominan kawanan kader partai politik, langganan rawan, rentan, riskan gizi
politik. Lumbung pangan masyarakat berpolitik serba instan, diutamakan. Jangan sampai
demokrasi mati suri hanya gara-gara urusan perut terganggu secara teknis. Musim
paceklik bikin banyak pihak kecelik.
Perut kosong bersuara
garing. Mempertahankan martabat bangsa, menjaga wibawa negara sampai tumpukkan
kursi terakhir. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar