filosofi suap nusantara, memancing uang dengan umpan uang
Banyak kiranya latar belakang, halaman belakang, pekarangan samping yang
menginspirasi tindak jenaka suap. Bentukan, wujudan daripada uang pelican agar
urusan tak birokratif. Kreativitas terstimulus dengan prosedur perijinan menentukan
nasib penerima dan atau pengguna manfaat. Tak ayal lagi peluang adalah uang.
Tak ada hubungan kekerabatan dengan tindak pidana korupsi. Kendati masih
dalam kendali KPK dengan OTT. Kebijakan politis tingkat kelurahan pun bisa
menggurita, bak kapal keruk lokal tapi sarat akal. Jangan bayangkan kebijakan
nasional yang menjadi daya tarik politsi yang paham sirkulasi uang negara.
Terjadi perbedaan pasal jual beli pasal kebijakan. Kepala daerah ‘daerah
basah’ tak perlu berbasah-basah uber recehan APBD. Pola pelampaubatasan atau
modus kerjasama regional bahkan global. Nyata terukur nilai Rp dengan urusan
ijin bangun tanah-air. Bisa simak kasus sengketa agraria yang berlanjut antar
periode.
Oleh karena itu sekiranya anak suku bangsa nusantara berketurunan bersaksi
bahwa setiap amal politik akan dibalas dengan pahala politik. Cepat atau lambat
umpan kursi yang empuk akan meraih kursi yang lebih empuk. Ini dia si
kursi-kursi. Umpan dingklik untuk merayah kursi wasit tepuk bulu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar