Halaman

Rabu, 29 Juli 2020

pilkada 2020 vs petugas partai paruh waktu


pilkada 2020 vs petugas partai paruh waktu

Efektivitas, kemanfaatan sebutan negara multipartai. Besar otoritas politik ketimbang demokrasi. Laku penyimpangan syahwat, libido politik. Aroma irama dilakukan secara masal, masif, aklamasi. Pelaku bak boneka pemuas, robot hidup sigap kendali mutu 24 jam. Otomatis didaulat lazim, lumrah, wajar asal sesuai skenario, konspirasi global.

Eksistensi manusia tunaideologi kian diminati. Pengeluaran partai tak sekedar biaya politik. Bebal politik malah menjadi manusia unggul. Masing pihak pengguna aktif demokrasi mempunyai modus tersendiri dalam mendapatkan, memanfaatkan, mempertahankan dan merebut kembali demokrasi yang otoritas politik.

Praktik demokrasi multipartai menjadi ajang laga multipihak. Pihak ketiga yang punya andil memerahkan Merah-Putih. Lewat perpanjangan tangan pihak ketiga. Elite lokal, orang kuat lokal, politisi dadakan, pengsuaha lokal, dinasti politik bahkan alat negara karena lokalitasnya, tanggap peduli dengan daya tarik kursi konstitusi. Merasa bisa, dibawa perasaan mati rasa, seolah hak prerogatif di tangan kiri.

Tujuan akhir wujudan, bentukan strategi politik jangka pendek adalah untuk mengusung kandidat, bakal calon agar mendapat suara pemlih. Cerdas politik tidak sekedar mengandalkan popularitas, elektabilitas atau sebutan petahana. Faktor lokalitas dan melek politik pemilih tradisional, menjadi faktor penentu.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar