tahu-tahu jidat kejedut
aktor-tiban
Bukan pasal pola melangkahkan kaki sendiri
menapak bumi serta penundukkan muka bak ilmu padi. Kapan sampainya atau sudah
sampai dimana. Yang belum ada mirip adegan wayang “dawala dadi raja”. Pakem wayang
nusantara selalu teranyarkan usai satu periode. Pihak mana saja yang menentukan
peran dan hasil akhir, sudah tertata rapih. Tidak dikenal pergantian pelakon
antar waktu apalagi ubah babakan secara dadakan.
Pemajuan Kebudayaan adalah upaya
meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah
peradaban dunia melalui pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan Kebudayaan.
(ada UU dan Perpres-nya)
Warisan budaya nusantara yang tidak
dapat diraba, dijamah namun daya jangkau di luar nalar, di luar akal sehat
mendominasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukanlah buang waktu bin sia-sia
kinerja 4 Pilar. Sistem pelestarian tergantung lokasi yang terdeteksi menjadi
pusat pembauran, wadah asimilasi penusantaraan.
Maka daripada itu, upaya nyata “pelestarian”
adalah praktik dinamis untuk mempertahankan plus mengamankan keberadaan warsian budaya dan kandungan nilai
luhur dengan cara pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.
Katakanlah, sebutan aktor-tiban dimirip-miripkan
dengan predikat tim sukses pelestarian. Pihak yang berkeahlian khusus, spesialis dengan
standar di atas rata-rata nasional. Jelas diutamakan jam terbang, berpengalaman
global atau memang bukan orang lokal nusantara.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar