Halaman

Senin, 29 Juni 2020

mimpi besar lembu agar merah-putih tinggal merah saja


mimpi besar lembu agar merah-putih tinggal merah saja

Konsepsi tak tertulis kehidupan bermasyarakat didominasi gaya hidup suku bangsa Jawa yang berwatak konsentris, kolektivistik-pluralis dan kolektivistik-totaliliter. Guyub rukun dalam format tepo seliro. Intervensi yang bukan intimidasi sistem ekonomi-politik jelas berwatak individualistik. Ada harga ada kursi atau barang.

Jasa politik menjadi biaya tak terduga yang dibebankan merata berkeadilan ke semua lapisan obyek pembangunan manusia oleh manusia. Pergerakan tata sosial masyarakat yang tampak monoton, sejatinya sarat konflik. Interaksi tata moral penyelenggara dengan cita hukum berideologi Pancasila.

Formasi sosial masyarakat nyaris statis dan ini memang karakter dan potensi terpendam persatuan, kesatuan dan keutuhan bangsa. Namun, adab berbangsa malah ditentukan oleh kinerja, kiprah, kontribusi politik yang terasa jauh dari batas ideologi negara.

Ironis, masuk lapis bernegara yang siap bongkar pasang. Ketika siapa bisa menjadi apa saja. Siapa saja bebas berbuat apa saja asal ada restu dari raja rimba belantara nusantara. Peran tradisional tokoh masyarakat selaku kalah gasak dengan kesadaran etis loyalis penguasa.

Tekanan publik yang diabaikan oleh pejabat publik, wajar. Kawanan politisi sipil maupun mantan alat negara hasil pesta demokrasi terikat secara moral dengan kebijakan partai. Kontrak politik kian membaptis jiwa mereka  bukan selaku manusia merdeka. Jiwa manusia politik terjajah ambisi tanpa batas tepi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar