andalkan leluhur bukan
nilai luhur diri
Wajar tak pakai debat liwat baku mulut. Dunia pewayangan saja sudah punya
tata adegan siapa nantinya menjadi apa. Agar tampak nilai juang diri, selain
gemblengan kawah Candradimuka. Dikenal pola tapabrata, bukan untuk mencari
pesugihan. Cari kesaktian anugerah dewa. Jurus atau ajian maut plus senjata
pamungkas.
Zaman peradaban manusia pemakan manusia, untuk mencari kesaktian tidak
perlu bertapa di hutan belantara. Duduk demo unjuk raga di pucuk gunung sampah.
Semedi di pertemuan dua arus sungai. Ngelakoni urip jauh dari dunia ramai,
menyendiri pantang masak, hanya perlu bawa bekal secukupnya. Ini pun masih
banyak fakta tak terliput.
Tepatnya, agar bisa sakti mendadak, cukup menghambakan diri ke penguasa. Terdaftar
selaku barisan berani malu partai politik. Istana kepresidenan, markas besar
partai menjadi pusat bagi-bagi kursi. Asal kuat-kuat diri ngelakoni lakon apa
saja. Pilih bebas biaya politik menjadi bolo dupak.
Bursa konco dhewe, jelas pakai tarif progresif, tarif berganda, berlapis
bak lelang kursi bertuah, keramat, ajaib bak lampu Aladin. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar