praktik Pancasila bebas
sila
Karena hanya rumusan saja yang tersurat
di Preambule UUD NRI 1945. Maka, pertama, pewaris noto negoro merasa tak ada
Pancasila. Kedua, tidak ada sanksi moral kalau tak pakai sila-sila. Lebih gaya modis
pakai asas nasakom. Merasa sejajar dengan bangsa besar penduduk tapi minim
ajaran politik.
Kecerdasan logis-politis
ditumbuhkembangkan sejak dalam kandungan. Bahkan agar silsilah darah-politik
tetap murni tak tercampur dengan darah kebanyakkan, tak dioplos dengan darah
rakyat papan bawah. Apalagi terkontaminasi oleh darah kaum bangsa miskin karena
keturunan.
Maka daripada itu, ikhwal ber-Pancaasila
berbasis logis-politis adalah anak bangsa, tunas bangsa maupun bumiputera,
putra-putri asli daerah gemar “main kursi”.
Paham sejarah kejadian alami berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa) yang
menjadi bahan baku simbol K (kursi). Tak perlu pakai simbol alat pemersatu
bangsa.
Lanjut dengan babakan
politik-kreatif. Selama umat beragama nusantara masih mempersoalkan ajarannya
dengan atau menjadi olok-olok politik, canda politik. Langsung masuk bahasa
langit. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar