Halaman

Kamis, 18 Juni 2020

haluan atéisme nusantara

haluan atéisme nusantara

Atéisme, atéistis bahkan antimonotéisme, sedemikian subur terawat di tanah-air nusantara. Harmonis manis bareng daya pikir animisme-dinamisme teranyarkan liwat pahak politik terbuka. Stratifikasi, hierarkisasi penduduk secara vertikal dengan aneka tolok ukur lokal maupun universal. Bukti awal yang lebih dari cukup, bahwasanya sistem kepartaian ramah wong owah adat, balik adab.

Kehidupan nasional secara universal biasanya distratakan menjadi suprastruktur (trias politika: eksekutif, legislatif, dan yudikatif plus penyelenggara negara, alat negara ASN), infrastruktur (parpol, ormas, lembaga pendidikan, LSM kalangan dunia usaha, dan pers), dan sub struktur (tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, dan perempuan, pentolan jalanan manusia bebas). Dalam kehidupan nasional Indonesia, dikenal kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) serta martabat, wibawa, pesona kepala negara, yang bersumber dari 4 Pilar MPR-RI: Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Kemanfaatan saat memecahkan plus mengantisipasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Ketika politik menjadi agama di nusantara. Maka ancaman non-militer, dari dalam negeri kian masif, tanpa bentuk tapi nyata secara konstitusional, menumpang arus masuk pasar bebas dunia. Sibuk-sibuknya penyelenggara negara hadapi agresi covid-19 versi Wuhan, China. Plus sumbangan tenaga sukarela 500 asal, aseli China, dalih uji coba alih teknologi tinggi smelter di sebuah provinsi. Kawanan anak cucu politik utama negeri Tembok Raksasa, masih tega-teganya sibuk membongkar dasar negara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar