haluan atéisme nusantara
Atéisme, atéistis bahkan antimonotéisme, sedemikian subur terawat di
tanah-air nusantara. Harmonis manis bareng daya pikir animisme-dinamisme teranyarkan
liwat pahak politik terbuka. Stratifikasi, hierarkisasi penduduk secara vertikal
dengan aneka tolok ukur lokal maupun universal. Bukti awal yang lebih dari
cukup, bahwasanya sistem kepartaian ramah wong owah adat, balik adab.
Kehidupan nasional secara universal biasanya distratakan menjadi suprastruktur
(trias politika: eksekutif, legislatif, dan yudikatif plus penyelenggara
negara, alat negara ASN), infrastruktur (parpol, ormas, lembaga pendidikan, LSM
kalangan dunia usaha, dan pers), dan sub struktur (tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat, tokoh pemuda, dan perempuan, pentolan jalanan manusia bebas). Dalam
kehidupan nasional Indonesia, dikenal kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri
bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national
system) serta martabat, wibawa, pesona kepala negara, yang bersumber dari 4
Pilar MPR-RI: Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Kemanfaatan
saat memecahkan plus mengantisipasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Ketika politik menjadi agama di nusantara. Maka ancaman non-militer, dari dalam negeri kian
masif, tanpa bentuk tapi nyata secara konstitusional, menumpang arus masuk
pasar bebas dunia. Sibuk-sibuknya penyelenggara negara hadapi agresi covid-19
versi Wuhan, China. Plus sumbangan tenaga sukarela 500 asal, aseli China, dalih
uji coba alih teknologi tinggi smelter di sebuah provinsi. Kawanan anak cucu
politik utama negeri Tembok Raksasa, masih tega-teganya sibuk membongkar dasar
negara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar