Halaman

Minggu, 28 Juni 2020

pancaroba demokrasi nusantara, tradisi keilmuan vs warisan kursi


pancaroba demokrasi nusantara, tradisi keilmuan vs warisan kursi

Kompleksitas, rivalitas antar klas petugas partai maupun konflik lari di tempat antar muka penyuka genre politik hura-hura. Keluwesan penegakkan hukum menetapan, menerapkan pasal di atas segala-galanya. Pertimbangan moral atau etika berbangsa plus bernegara, sangat tergantung pihak yang berpekara.

Manusia nusantara dengan segala atribut kejiwaan, kebatinan serta rasa merasa bisa masih terlalu cerdas men-judge orang lan. Memposisikan diri di atas rata-rata lokal. Manusia bebal politik merasa tanpa beban melakoni peran utamanya. Sibuk diri antisipasi aksi pihak lain, kamar sebelah, beda pilihan apalagi beda warna politik.

Keranjingan cek status – bukan cek status statis diri – tapi radar hati yang kebablasan. Peka dan sensititif terhadap gerakan senyap yang dianggapnya sama dengan modusnya. Takut pada aksi bayangan sendiri. Suara cicak dianggap pratanda.

Keterbukaan diri atau tak sengaja ikut arus keluar dari zona aman, nyaman, mapan. Masuk peradaban manusia sesuai fitrah. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar