pancaroba demokrasi
nusantara, tradisi keilmuan vs warisan kursi
Kompleksitas, rivalitas antar klas petugas partai maupun konflik lari di
tempat antar muka penyuka genre politik hura-hura. Keluwesan penegakkan hukum
menetapan, menerapkan pasal di atas segala-galanya. Pertimbangan moral atau
etika berbangsa plus bernegara, sangat tergantung pihak yang berpekara.
Manusia nusantara dengan segala atribut kejiwaan, kebatinan serta rasa merasa
bisa masih terlalu cerdas men-judge orang lan. Memposisikan diri di atas
rata-rata lokal. Manusia bebal politik merasa tanpa beban melakoni peran
utamanya. Sibuk diri antisipasi aksi pihak lain, kamar sebelah, beda pilihan
apalagi beda warna politik.
Keranjingan cek status – bukan cek status statis diri – tapi radar hati
yang kebablasan. Peka dan sensititif terhadap gerakan senyap yang dianggapnya
sama dengan modusnya. Takut pada aksi bayangan sendiri. Suara cicak dianggap pratanda.
Keterbukaan diri atau tak sengaja ikut arus keluar dari zona aman, nyaman,
mapan. Masuk peradaban manusia sesuai fitrah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar