Halaman

Senin, 22 Juni 2020

langkah heroik penguasa bukan untuk melangkahi rakyat


langkah heroik penguasa bukan untuk melangkahi rakyat

Radikalisme fanatisme politik kelompok nasakomisme, khususnya non-agama, tidak ada kapoknya. Bangga selaku anak cucu kawan kamrad alias konco dhewe. Tidak hanya mengagungkan ujaran ajaran ateisme. Berbaur dengan isme Zionisme. Dikemas liwat paket konstitusional. Bunga rampai ideologi Pancasila versi.

Nada-kunci kehidupan berbangsa dan bernegara mewujud simbolik semboyan “sama rasa sama rata”. Alat kerja kaum buruh dan kalangan tanu, dijadikan lambang negara Tembok Raksasa. Sesampainya di nusantara. Sebutan negara agraris dibuktikan dengan konflik agraria antar periode. Nenek moyangku orang pelaut, menjadi perwujudan tol laut.

Nelayan Madura getol uber ikan lokal nusantara sampai negera tetangga. Sedangkan, pabrik terapung mengolah ikan nusantara berbendera Merah-Putih sebagai penyamaran. Laut menjadi pasar transaksi bebas 24 jam.

Semboyan manusia memakan sesamanya (homo homini lupus), di nusantara kalah beken. Manusia politik nusantara pemakan segala. Lembaga survei punya resep politis. Bahwasanya angka melek politik rakyat dibuktikan dengan tidak golput. Minimal ada bukti statistik, pemegang hak pilih sudah melaksanakan kewajibannya secara langsung-umum-bebas-rahasia.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar