Halaman

Kamis, 25 Juni 2020

kutukan kursi mpu Gandrung, sampai presiden ketujuh


kutukan kursi mpu Gandrung, sampai presiden ketujuh

Sejarah kenusantaraan, aneka versi berjalan bersamaan, paralel pada waktu dan tempat yang sama. Beda manusia tapi mirip karakter dan mirip warna partai politik. Perebutan kekuasaan kian salah kaprah.

Siapa yang menguasai jimat “kursi kuning” yang dapat dilipat, akan disegani lawan politik. Daya kerjanya tak jauh-jauh dari susuk penglaris di dunia hiburan malam atau panggung politik pengisi waktu. Anak wayang nusantara jauh melampaui khazanah angkara murka yang ada di dunia nyata.

Hebatnya, satu orang dengan lebih dari satu watak klas lokal. Mudah dibentuk, diarahkan dengan umpan olok-olok politik. Sejarah merah masa lampu sedemikain dilestarikan bak warisan luhur leluhur.

Semasih ada laporan BPS perihal kemiskinan karena daya belanja, bukan faktor masukan rezeki. Pendekatan ekonomi hanya melihat nominal bukan hakikat, esensi nilai kehambaan. Kredo ada uang ada barang. Sampai pada kuadran memancing uang dengan uang.

Revolusi mental petugas partai, mengkorbankan kursi pihak lain demi kursi yang lebih abadi. Tuah kursi terasa sampai ujung pantat [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar