model demokrasi
nusantara, anti demo plus alergi kritik
Demo masak emak-emak di hari Ibu nasional libur. Ganti bapak-bapak urus
urusan rumah tangga. Hari perempuan kurang gaul, dianggap menambah deretan
peluang pihak lain untuk tampil dominan. Sikap mendua kian nyata jika ada pasal
hak perempuan di panggung politik. Sistem jatah, arisan, warisan atau sama-sama
berpantat boleh adu debat, adu kuat, adu liat.
Alinea pertama alias pembuka, bukan mengajak pemirsa paham gender. Sekedar
tahu judul dari aspek mendasar. Pendekatan yang diterapkan, dari sisi lain,
arah beda yang tak diduga secara ilmiah. Namun justru menghasilkan apa adanya
vs adanya apa.
Evaluasi, kilas balik, umpan balik, masukan, hasil banding-sanding-tanding,
dengar suara rakyat, puja-puji media asing bersahabat maupun apa kata dunia. Ibarat
menggusur buaya jemur gigi di daratan.
Fakta sejarah perpolitikkan nusantara membuktikan. Terdapat dua fakta
utama, pokok yang menjadi biang segala biang:
Pertama. Politik hakikatnya sarat manfaat. Berjalan beriringan dengan
sebaran agama Islam sejak zaman Rasulullah saw hingga akhir zaman. Di nusantara,
praktik politik melahirkan bencana politik, dosa politik, penyakit politik,
kendaraan politik, politik sebagai panglima, makar secara konstutisional sampai
politik sebagai agama bumi. Tak terhitung, politik menjadi ilmu, hukum, bahasa.
Efek samping berupa moral politik kian langka. Olok-olok politik bukti ringan
ada budak politik dari kawanan penguasa.
Kedua. Ketika politik di tangan yang belum cukup umur. Jatuh ke pihak bukan
haknya, pakai gaya warisan. Beralih tangan secara estafet ke bukan ahlinya,
tidak berkecukupan ilmu, jam terbang maupun syarat dasar tak tertulis. Diwariskan
kepada anak cucu yang belum dewasa, belum matang jiwa politiknya. Menyebabkan negara
terjun bebas, justru karena sarat pilot yang serba merasa. Untuk negara kok
coba-coba, kata pariwara obat kuat politik.
Sekian. Pembuktian dengan metode mendalami, memperluas, meningkatkan
pemahaman atas aneka kasus-politik, skandal-politik. Hak politik pemirsa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar