Halaman

Minggu, 21 Juni 2020

semarak syawal 1441H dengan mudik-terbalik


semarak syawal 1441H dengan mudik-terbalik

Segi praktis, ekonomis dan memang sesuai sikon suasana keprihatinan, kebatinan nasional. Daya jangkau, gebrakan agresi covid-19 tak merata sampai daerah. Pentetapan, penterapan sistem atau protokol kesehatan, terjadilah zonasi. Semua pihak merasa berkepentingan dengan APBN maupun APBD.

Ternyata, justru kadar fitrah umat Islam teruji sampai ambang tertentu. Bukan karena asas taat lantas adat pulang kampung, rindu tanah kelahiran tertunda. Kawanan loyalitas partai aliran atau arus global “sama rasa, sama rata” mendaur ulang bencana politik masa lalu.

Kembali ke hakikat judul. Karena orangtua kami sudah di alam baka. Masih malah wajib  sambung silaturahmi dengan saudara orangtua. Biasanya, hari pertama syawal langsung kumpul di yang tertua. Atau sesuai kesepakatan, sistem ganti tempat. Peluang yang ada dengan ambil jalan praktis.

Sabtu ketiga Juni 2020, kami kunjungi anak kedua plus cucu. Sekali dayung dua tiga pulau terliwati. Cukup dua malam lepas kangen. Minimal, cucu sudah kenal. Maklum, mbak kakung dan mbah puteri dari ayahnya, jauh lebih jauh dari kami. Rumah kosan tipe 31, menjadikan satu blok bak deretan rumah. Nomor rumah percaya angka sial, angka mujur.

Sabtu keempat Juni 2020, tujuan kunjungan keluarga ke anak ketiga, tepatnya anak  nomor dua dan anak nomor tiga, kembar dua. Keberangkatan tak sesuai rencana. Garwo yang sibuk dengan terima antar paket pangan, masih tunggu barang plus antar ke pemesan. Bakda asyar kami meluncur lintas provinsi.

Ke anak sulung, harus lintas negara. Protokol kesehatan pandemik, negara tujuan paham utamakan sehat ketimbang gaduh politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar