Halaman

Rabu, 03 Juni 2020

duplikasi energi politik teranyarkan, rebus beras vs tanak nasi


duplikasi energi politik teranyarkan, rebus beras vs tanak nasi

Pentas wayang politik nusantara berkembang melampaui peradaban politik global. Aneka watak yang belum dikenal, muncul dan tak ada pasal perbedaan gender. Aksesori, atribut parpol lebih menonjol ketimbang jiwa dan jati diri. Wajar, pemain berlatar belakang popularitas, pesohor, tenar, beken plus nilai jual.

Singkat kata lakon yang ditayangkan menjadi sekedar hiburan pelupa duka bangsa. Gaya hidup glamour menjadikan biaya politik terkoreksi positif. Dalil politik lunas dimuka “siapa saja bisa menjadi apa saja”.

Oknum politisi sejati yang tersisa, berebut sisa kursi dengan pihak lain bakat sesuai kurva normal, “mulai tidak bisa apa-apa berakhir sampai apa-apa tidak bisa”. Seni berpolitik butuh seni lain, khususnya nilai moral agar tetap pada pakem. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar