anomali syahwat
pancasila-nusantara, kebutuhan perut vs kepentingan bawah perut
Tak sebegitunya. Atau
bahkan lebih, di luar ilmu penulis. Pemberitaan, penampakkan hanya sebatas
puncak gunung es di laut bebas. Bukti medis logis-politis tercetak di atas padang
pasir nyaris tak bertepi. Sapuan angin merubah wajah hamparan lautan pasir,
setiap waktu. Rumit diprediksi kapan dan dampaknya.
Keterangan saksi maupun
keterangan pelaku atau pelaksana tugas harian hidup berpancasila. Sama-sama
merasa telah mengalami secara pribadi. Sama-sama merasa tahu persis sila-sila yang
ia dengar sendiri, lihat dan saksikan sendiri atau alami sendiri, bukan kata
orang lain plus serta mampu membeberkan alasan ketahuannya itu. Bagaimana dengan
pembisik atau info yang layak dipercaya, dari orang kepercayaannya.
Bonus geopolitik
nusantara menjadikan masa lalu selaku guru bagi masa depan bangsa dan negara. Salah
kaprah. Mengulang, mendaur ulang kesalahan dan dosa politik masa lalu, dimodifikasi,
dibaurkan, diakselerasikan, dikatalisasikan dengan sistem kepartaian, sistem
pemerintahan serta pasal global.
Babakan kehidupan
manusia yang mensejajarkan, memparalelkan urusan akhirat dengan urusan dunia.
Utamakan urusan akhirat, maka akhirat dan dunia akan diraih. Latar belakang
maupun halaman depan ikhwal religius ini, kian menguatkan ketertundukkan diri.
Memakai bahasa hukum adalah tunduk pada syariat agamanya, toleran pada agama
lain, dan hidup harmonis antar umat beragama. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar