kaos oblong lawas promo menjadi
Kendati sudah seminggu atau bahkan satu dekade, kaos oblong kotor menumpuk
belum dicuci. Tak mengganggu stock dan sirkulasi. Menambah bau iya. Padahal,
saya jarang beli kaos. Kebanyakan dari anak, isteri, saudara maupun kaos
sponsor. Pilihan warna disesuaikan dengan hem. Bijak pilih warna agar tak
berkesan hanya itu-itu saja.
Kaos berkerah pun tiap hari gabti cukup untuk seminggu atau lebih. Kupakai ke
masjid atau keperluan lain. Bukan untuk tidur, bahan cukup tebal. Bahkan sampai
rumah, ganti dengan kaos oblong. Kaos jersey kutak punya. Alasan bahan
mengkilat bikin silau. Singlet, sejak tahu kaos bukan tak suka. Seperti tak
sopan.
Sedikit riwayat nyelekit. Sewaktu pakai kaos yang lubang leher kelihatan,
dianggap ndeso. Dikira mau pamer. Laju peradaban, seragam alat negara
pakai kaos oblong, warna khas angkatan atau polisi. Anak gaul sengaja kaos lengan panjang dengan hem lengan pendek.
Manset menunjang tampilan fesyen.
Bedanya pada ada kaos yang awet warna dan sebaliknya. Kaos lama, puluhan
tahun tak loyo dan tidak lusuh. Ironis, kaos yang sengaja beli karena warna,
selain luntur juga susah dilipat. Lebar kaos yang pas badan, jarak antar ketiak
sekitar 3x kilan tangan. Ukuran angka, huruf bukan jaminan. Tergantung model
potongan dan pola menjahit. Obrasan mepet mudah dedel.
Kaos yang dirasa kurang laik dipakai di tempat umum. Atau kasus lain. Akhirnya
alih fungsi menjadi bungkus bantal. Pengalaman serap keringat diutamakan. Tak lupa
sarung bantal seragam dengan sprei. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar