dilema generasi lampau
batas, tanpa keringat sendiri vs jurus tenaga global
Sebutan generasi nusantara, semua penduduk, warga negara yang masih hidup,
sehat dan berkecukupan lahir batin. Abaikan batasan usia atau umur, lupakan klasifikasi
nomenklatur bonus demografi. Status politik hanya sekedar pembeda sumber pahala
dan tingginya kursi dunia.
Wajar jika mata indra manusia politik memahami bahwa kursi kuas politik
berwujud fisik, benda dapat dilihat, dapat diraba. Serta dapat dipanggil dengan
umpan biaya politik. Perulangan sejarah paket “revolusi dan ideologi” tetap tak
akan sepi peminat. Semakin diantipati secara moral kemasyarakatan, mereka akan
semakin “berani mati demi”.
Pembangunan nasional yang menjadi kewajiban presiden, berjalan beriringan dengan
paket politik. Percepatan pembangunan dengan penanaman modal asing atau
penamaan semaksud. Lepas fakta geo(logi, grafi)politik nusantara menentukan
nilai tukar, nilai jual, nilai tawar kandungan bumi ibu Pertiwi.
Penunjukkan langsung kawan pelaksana kerjasama paket “revolusi dan ideologi”. Praktik demokrasi multipartai
hanya dimungkinkan perlindungan hukum atas nama baik penguasa, harga mati. Soal
“nama besar” Pancasila di mata dunia lain, minimal di laga awal ASEAN,
tergantung sentimen dinamis pasar bebas terapung. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar