aksi teatrikal pilkada
2020, energi pilitik lokal vs suplemen politik global
Anak bangsa plus tunas bangsa pribumi
nusantara, mau tak mau, harus mampu hidup dalam jalur dan atau lajur protokel
kesehatan covid-19. Tuntutan beradaptasi, berakselerasi dengan normal gaya
baru, menjadi syarat standar bermasyarakat.
Berapa provinsi, kabupaten dan kota
yang terlibat di pilkada serentak 2020, tak menentukan olah kata ini. Karena
kota tempat tinggal penulis, masuk 3 kota kategori rawan konflik. Lebih dari
cukup untuk mencuatkan, bahan baku ujaran tertulis. Apakah pengunduran jadwal
hari-H coblosan berdampak dan menentukan hasil akhir.
Dinasti politik di kota yang bagian
integral dinasti politik provinsi, bisa dikatakan sebagai sumber kerawanan
pilkada 2020. Pilkada 2015, tingkat partisipasi warga perumahan masih belum
sesuai standard dan jika berulang membuktikan golput selaku bentuk cerdas
ideologi. Kursi DPRD kota meriah berkat parpol pendatang, baru sukses.
Mudah ditebak kemana arus bawah,
arus lemah, arus bolak balik “pemilih loyal” yang selalu terkoordinasikan. Dinamika
kerawanan kian membara, karena kalangan istana menurunkan jagonya. Salah satu
anak wapres, sebagai kandidat kuat bakal calon wali kota. Sudah mendapat dukungan beberapa parpol
sesuai persyaratan.
Karena tidak ada petahana, bukan
berarti adem-ayem. Politik lebih sangar ketimbang makar.
Jadi, apa yang harus diperkuat oleh
. . . [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar