Halaman

Rabu, 10 Juni 2020

aksi teatrikal pilkada 2020, energi pilitik lokal vs suplemen politik global


aksi teatrikal pilkada 2020, energi pilitik lokal vs suplemen politik global

Anak bangsa plus tunas bangsa pribumi nusantara, mau tak mau, harus mampu hidup dalam jalur dan atau lajur protokel kesehatan covid-19. Tuntutan beradaptasi, berakselerasi dengan normal gaya baru, menjadi syarat standar bermasyarakat.

Berapa provinsi, kabupaten dan kota yang terlibat di pilkada serentak 2020, tak menentukan olah kata ini. Karena kota tempat tinggal penulis, masuk 3 kota kategori rawan konflik. Lebih dari cukup untuk mencuatkan, bahan baku ujaran tertulis. Apakah pengunduran jadwal hari-H coblosan berdampak dan menentukan hasil akhir.

Dinasti politik di kota yang bagian integral dinasti politik provinsi, bisa dikatakan sebagai sumber kerawanan pilkada 2020. Pilkada 2015, tingkat partisipasi warga perumahan masih belum sesuai standard dan jika berulang membuktikan golput selaku bentuk cerdas ideologi. Kursi DPRD kota meriah berkat parpol pendatang, baru sukses.

Mudah ditebak kemana arus bawah, arus lemah, arus bolak balik “pemilih loyal” yang selalu terkoordinasikan. Dinamika kerawanan kian membara, karena kalangan istana menurunkan jagonya. Salah satu anak wapres, sebagai kandidat kuat bakal calon wali kota.  Sudah mendapat dukungan beberapa parpol sesuai persyaratan.

Karena tidak ada petahana, bukan berarti adem-ayem. Politik lebih sangar ketimbang makar.

Jadi, apa yang harus diperkuat oleh . . .  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar