agresi kolaborasi
covid-19 vs segregasi ruang politik maya kowid-19
Laju adab berbangsa plus bernegara meninggalkan lajur penyakit politik 2019.
Kata makian, ujaran nista digubah menjadi olok-olok politik nasional. Liwat layanan
biro jasa media massa bukan arus utama tapi tidak gratis. Mendongkrak martabat
petahana. Peta politik, daerah pemilihan atau kantong suara tradisional memacu
memicu kehidupan buatan di ruang politik maya.
Diskursus segregasi dan desegregasi ruang politik maya, hanya sekedar untuk
memetakan dinamisme masyarakat akal sehat politik masih alami dengan pihak
sebaliknya. Secara horizontal terdeteksi di aplikasi non-konvensional. Secara vertikal
menjadi ajang tarung bebas, laga kandang yang masuk barisan pembantu presiden.
Tidak semua daerah, khususnya kabupaten/kota, terdampak serbuan arus masuk
covid-19. Laporan nasional dengan pendekatan politik, dikemas ulang sesuai bungkus dam label protokol kesehatan. Cerdas
politik penguasa mengumpulkan barang bukti keterpenyakitan akibat covid-19
selaku syarat mendapatkan “bansos” maupun “banpol” dari badan dan atau negara
donor.
Masyarakat rakyat dengan pengalaman hidup harian mampu tetap eksis dengan
model normalisasi sesuai norma kemanusiaan. Beban hidup dan tekanan hidup
menjadikan rakyat papan bawah kian mantap daya cengkeram dan stabilitas
jiwa-raga. Mau apa lagi kawan pemirsa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar