Halaman

Minggu, 07 Juni 2020

Ketika Perempuan Terpinggirkan Oleh Pekerjaan Wanita


Ketika Perempuan Terpinggirkan Oleh Pekerjaan Wanita

Bukan asumsi sejarah peran kaun Hawa nusantara, apalagi sampai masuk babakan empiris, hipotesis. Semakin hak-hak perempuan diformulasikan secara lokal atau diuniversalkan bergaya bahasa global. Bukti ringan bahwa agama kian jauh dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kedudukan kaum hawa di nusantara – bedakan dengan Hawa nusantara – tergantung daya peneliti, potensi pengamat dan moral penilai yang seolah bebas dalam ketidakbebasan. Cuplikan rekam jejak kontribusi, kiprah, kinerja kaun hawa bukan mewakili gambaran seutuhnya.

Tiap kaum Hawa nusantara mempunyai rangkaian riwayat hidup yang khas, spesifik bak sidik ujung jari. Kendati tipologi garis atau rajah tangan sama-sama bernasib tak beda jauh, mirip tapi tak persis. Ironis binti miris, antar saudara kandung tidak otomatis berhasil akhir setara. Walau perjalanan hidupnya tipikal, standar atau sudah ada tradisi turun-termurun.

Bukan sekedar salah kaprah atau kebablasan, jika kisah sukses atau kriteria sukses selaku kaum Hawa secara kodrati. Seolah setara bahkan mampu menyalip prestasi vs prestise kaum Adam. Miris namun menjadi umum, kondisi ekonomi menentukan dunia wanita. Diimbangi dengan oleh pengkondisian anak-anak sesuai HAM.

Stigma, pelabelan, cap miring, pemberian predikat, sertifikasi status sosial ekonomi politik hukum pada masyarakat rakyat oleh sistem pemerintahan negara berkembang. Jelas bin memelas, ternyata malah ada sebutan pria kemayu, lelaki tulang lunak, lanang gemulai, jantan berkonde, laki-laki semu, maya. Entahlah, masih banyak datata terselubung, fakta berlapis. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar