Halaman

Selasa, 16 Juni 2020

daur ulang politik nusantara, cari panggung vs curi punggung


daur ulang politik nusantara, cari panggung vs curi punggung

Suratan sejarah bahwasanya, barangsiapa selaku anak bangsa, tunas bangsa nusantara. Semenjak tahu politik, langsung pakai semboyan dedikasi pelanjut nusantara, pejah gesang ndèrèk panguwasa. Berdiri paling depan di belakang BK, di zaman Orde Nasakom. Aman, nyaman di balik punggung BK sambil acungkan tinju ke langit.

Pendulum politik nusantara, kridha lumahing asta vs pejah gesang ndèrèk panguwasa, yang penting bisa dapat posisi dan kedudukan empuk. Kalau kelamaan duduk manis, lupa kalau punya kaki sendiri. fokus ke masa depan secara mandiri, sambil tangan di lipat, lupa bau keringat sendiri.

Jalan yang akan ditempuh, tinggal ikuti lacak jejak sejarah. Petunjuk arah dan rambu-rambu lalu lintas lokal terpampang di depan hidung. Jaga jarak dengan kendaraan politik di depan. Jangan main serobot di jalur lurus. Mentang-mentang besar badan maunya menang sendirian.

Masuk peradaban manusia, laju kendaraan politik menjadi penghalang. Tak merasa karena merasa pemilik jalan. Merasa yang bangun dan yang punya jalan. Semua pengguna hanya numpang liwat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar