Halaman

Minggu, 07 Juni 2020

beda warna kulit vs beda warna parpol


beda warna kulit vs beda warna parpol

NKRI selaku satu-satunya pemilik Pancasila. Walhasil banyak kelakuan harian anak bangsa, tunas bangsa pribumi mencerminkan sila-sila Pancasila. Andalan jumlah penduduk nomor empat dunia, membuat Pancasila layak diperhitungkan di peta politik dunia. Skala regional, macam ASEAN menjadikan nusantara unggul di segala bidang. Kecuali bidang datar yang mana eksistensi negara.

Regenerasi, peranakan, berketurunan untuk mendapatkan manusia seutuhnya, agar melahirkan manusia unggul, supaya menghasilkan manusia paripurna yang siap ditunjuk, diajukan menjadi pemimpin bangsa dan negara.

Hukum nasional sudah menetapkan sekaligus menerapkan istilah masa jabatan, pergantian antar waktu, daftar urut kedekatan dan semaksud sesetujuan. Banyaknya antrian secara alami dari arah tak terduga maupun proses ajang penyaringan, penjaringan bakat. Laga kandang bebas pemilihan, pemilihan putra-putri asli daerah cikal bakal orang nomer satu.

Pasal jebakan harus liwat pabrik partai politik. Butuh kendaraan politik segala medan, serba guna. Jalur, lajur perorangan dimungkinkan sesuai nasib ramalan ‘satria piningit’, ‘satria tiban’, ‘satria turun gunung’, ‘satria takon bopo’.

Sejak presiden dipilih langsung oleh rakyat. Tak pelak skenario, konspirasi global menjadi faktor penentu. Kursi di depan mata, belum tentu hak miliknya. Kekuatan tak tampak, mampu siapa saja bisa menjadi apa saja.

Akhirnya yang selalu berkembang berkelanjutan adalah ‘orang yang datang kemudian’ karena tak ada kaitan, ikatan dengan ‘orang yang terdahulu’, ditumpas, dilibas, dilindas sebelum tunas bernas. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar