nusantara bermasa depan,
nasakom jiwaku vs cerdas Pancasila
Merancang masa depan bangsa besar berkemajuan,
berperadaban manusia unggul tanpa pertimbangan masa lalu. Sigap tanpa gagap menampung,
memadukan, membaurkan sekaligus plus mencampuradukkan aneka aliran politik
global. Tak pakai lama. Semua sudah ada aturan main. Tinggal ikuti saja malah
keteteran binti lelet. Apalagi merintis buka jalan.
Perimbangan dari langkah bijak
pemerintah mengelola bonus demografi. Angka harapan hidup atau tolok ukur
semaksud, menjadikan anak bangsa, tunas bangsa nusantara sesuai gugus kendali
mutu. Gerakan masyarakat sadar KB (keluarga berecana) tidak sekedar 2 anak
cukup, keluarga catur warga atau rakyat papan bawah tetap eksis dengan status
statis jati diri.
Pola hidup sederhana untuk rakyat,
sedemikian sederhana. Tak bisa pakai asas BST (banding, sanding, tanding)
dengan pas-pasan, berkecukupan, tak berkekurangan. Urusan bumbu dapur, semacam
garam dapur, ironis dengan panjang pantai.
Bahan ajar sedini mungkin, pra-PAUD
merupakan terjemahan dari kisah sukses bangsa besar, terbanyak populasi tapi
miskin partai politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar