Halaman

Kamis, 18 Juni 2020

owah-owahing Pancasila jalaran kakehan wong owah

owah-owahing Pancasila jalaran kakehan wong owah

Saat sibuk-sibuknya penyelenggara negara hadapi agresi covid-19 versi Wuhan, China. Plus sumbangan tenaga sukarela 500 asal, aseli China, uji coba alih teknologi tinggi smelter di sebuah provinsi. Kawanan anak cucu politik utama negeri Tembok Raksasa, sibuk membongkar dasar negara.

Karena hanya rumusan saja yang tersurat di Preambule UUD NRI 1945. Maka, pertama, pewaris noto negoro merasa tak ada Pancasila. Kedua, tidak ada sanksi moral kalau tak pakai sila-sila. Lebih gaya modis pakai asas nasakom teranyarkan. Merasa sejajar dengan bangsa besar penduduk tapi minim ajaran politik. Minus daya religiusitas.

Kita simak halaman 58 dari total 67 halaman, buku Modul II – Budi Pekerti. Tampaknya selaku bahan baku kegiatan Pendidikan dan Latihan, JabatanPenyuluh Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tim Penyusun: Dr. Sumiyati dan Ir. Sumarwanto. Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Pancasila digali dari budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia sendiri, sehingga pandangan atau falsafah hidup pancasila itu merupakan kristalisasi dari nilai-nilai tersebut yang diyakini kebenarannya, serta adanya tekad untuk mewujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai dasar pancasila tidak boleh berubah, sedang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi dalam setiap kurun waktu.”

Pancasila bersifat integralistik karena mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan, dengan adanya semangat kerjasama, gotong royong, memelihara persatuan dan kesatuan, serta musyawarah untuk mufakat.

Dengan dilandasi jiwa dan semangat pancasila serta selalu mengedepankan sikap dan perilaku budi pekerti luhur yang bersumber dari nilai-nilai spiritual yang dimiliki bangsa Indonesia maka akan terhindarlah bangsa ini dari perbuatan-perbuatan tercela yang saat ini mempunyai kecenderungan yang meningkat seperti korupsi, manipulasi, merebaknya narkoba dan perilaku sadis yang menunjukkan adanya kemerosotan moral.

Padahal, sudah “nila sebelanga, apa daya susu setitik”. Tunggu babakan jemput paksa sesuai hukum alam. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar