owah-owahing Pancasila jalaran kakehan wong owah
Saat sibuk-sibuknya penyelenggara negara hadapi agresi
covid-19 versi Wuhan, China. Plus sumbangan tenaga sukarela 500 asal, aseli
China, uji coba alih teknologi tinggi smelter di sebuah provinsi. Kawanan anak
cucu politik utama negeri Tembok Raksasa, sibuk membongkar dasar negara.
Karena hanya rumusan saja yang tersurat di Preambule UUD
NRI 1945. Maka, pertama, pewaris noto negoro merasa tak ada Pancasila. Kedua,
tidak ada sanksi moral kalau tak pakai sila-sila. Lebih gaya modis pakai asas
nasakom teranyarkan. Merasa sejajar dengan bangsa besar penduduk tapi minim
ajaran politik. Minus daya religiusitas.
Kita simak halaman 58 dari total 67 halaman, buku Modul
II – Budi Pekerti. Tampaknya selaku bahan baku kegiatan Pendidikan dan Latihan,
JabatanPenyuluh Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tim Penyusun: Dr.
Sumiyati dan Ir. Sumarwanto. Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017.
Pancasila
digali dari budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia sendiri, sehingga
pandangan atau falsafah hidup pancasila itu merupakan kristalisasi dari
nilai-nilai tersebut yang diyakini kebenarannya, serta adanya tekad untuk
mewujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Nilai-nilai
dasar pancasila tidak boleh berubah, sedang pelaksanaannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi dalam setiap kurun waktu.”
Pancasila
bersifat integralistik karena mengandung semangat kekeluargaan dalam
kebersamaan, dengan adanya semangat kerjasama, gotong royong, memelihara
persatuan dan kesatuan, serta musyawarah untuk mufakat.
Dengan
dilandasi jiwa dan semangat pancasila serta selalu mengedepankan sikap dan
perilaku budi pekerti luhur yang bersumber dari nilai-nilai spiritual yang
dimiliki bangsa Indonesia maka akan terhindarlah bangsa ini dari
perbuatan-perbuatan tercela yang saat ini mempunyai kecenderungan yang
meningkat seperti korupsi, manipulasi, merebaknya narkoba dan perilaku sadis
yang menunjukkan adanya kemerosotan moral.
Padahal, sudah “nila sebelanga, apa
daya susu setitik”. Tunggu babakan jemput paksa sesuai hukum alam. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar