Halaman

Selasa, 02 Juni 2020

kembali ke tradisi luhur leluhur bangsa timur


kembali ke tradisi luhur leluhur bangsa timur

Bagitulah ibaratnya. Apa jadinya jika perut bangsa agraris seminggu tak jumpa nasi. Asupan gizi non-nasi bikin perut isi. Tapi kinerja otak tak terdongkrak. Malah memikirkan yang bukan hak guna otak. Salah kejadian menjadi menu harian. Serba salah akhirnya pakai metode seperti biasa.

Pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki wewenang mengusulkan pengkajian terhadap jenis pelayanan kesehatan tradisional yang spesifik daerah (local spesific) kepada Pemerintah melalui pemerintah daerah provinsi untuk dapat diteliti, dikembangkan, dan diterapkan. (PP RI 103 / 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Trdisional).

Tradisi nilai moral dikemas sebagai pranata sosial. Menjadi pedoman menu harian rakyat  dalam hidup bermasyarakat. Nilai religius islami terasa pada adab bertetangga. Nilai gotong-royong menjadi modal sosial persatuan di penduduk yang bermukim, bertempat tinggal sesuai wilayah administratif.

Ketika negara bersama negara lain seolah menghadapai musuh yang sama. Sebut saja agresi pandemi covid-19 lepas dari drama laga kolosal. Nusantara sigap 24 jam mengandalkan pamungkas berupa daya tahan rakyat.

Rasialisme politik, merasa partainya unggul sampai diskriminasi beda pilihan menjadikan anak bangsa plus tunas bangsa tergembleng mentalitas.  Terjadilah aneka kejadian perkara, kasus, peristiwa yang selayaknya, seharusnya, semestinya tak terjadi di bumi Pancasila.

Seolah malah menjadi tradisi bahasa politik. Olok-olok politik, ujaran bebas nista, pemaki, penghujat dan atau penjilat atas dasar pemilikan sendiri (self consciousness) dan pencapaiannya sendiri (self attained). [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar