malu ber-Pancasila,
sesat berbangsa dan bernegara
Konflik yang melegenda di nusantara didominasi dua pemain besar berkelanjutan.
Pertama, penetapan dan penerapan Nasakom selaku ideologi negara tahun 1959-1965.
Tentunya dengan segala pernak-pernik konflik yang bukan menu harian kehidupan
rakyat koloran.
Kedua. Semasa Orde Lama pun sudah mencuat dikotomi militer-sipil. Aroma irama
nada demokrasi di bawah sepatu lars kian
membara di zaman Orde Baru. Berlanjut perang
bintang, laga antar bintang membuat panggung politik nusantara semangkin nyata
warnanya. Sedang berlanjut beriringan dengan agresi covid-19.
Hukum keseimbangan, kesetaraan berlaku pada niatan memformulasikan
Pancasila. kian jauh dari rakyat, masuk area pasar bebas menjadikan sila-sila
Pancasila terdegradasi. Kian rumusan meninggi dan meluas, kian jauh dari
rumusan sila-sila yang menjadi menu harian kehidupan rakyat tahu-tempe.
Ikatan moral antar pemenang pesta demokrasi sesuai kontrak politik. Pergantian generasi
dengan PR besar, bom waktu berupa “cuci piring usai pesta”. Generasi yang belum
lahir sudah dibebani konflik antar periode. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar