Halaman

Selasa, 16 Juni 2020

malu ber-Pancasila, sesat berbangsa dan bernegara

malu ber-Pancasila, sesat berbangsa dan bernegara

Konflik yang melegenda di nusantara didominasi dua pemain besar berkelanjutan. Pertama, penetapan dan penerapan Nasakom selaku ideologi negara tahun 1959-1965. Tentunya dengan segala pernak-pernik konflik yang bukan menu harian kehidupan rakyat koloran.

Kedua. Semasa Orde Lama pun sudah mencuat dikotomi militer-sipil. Aroma irama nada demokrasi  di bawah sepatu lars kian membara di zaman Orde Baru.  Berlanjut perang bintang, laga antar bintang membuat panggung politik nusantara semangkin nyata warnanya. Sedang berlanjut beriringan dengan agresi covid-19.

Hukum keseimbangan, kesetaraan berlaku pada niatan memformulasikan Pancasila. kian jauh dari rakyat, masuk area pasar bebas menjadikan sila-sila Pancasila terdegradasi. Kian rumusan meninggi dan meluas, kian jauh dari rumusan sila-sila yang menjadi menu harian kehidupan rakyat tahu-tempe.

Ikatan moral antar pemenang pesta demokrasi sesuai kontrak politik. Pergantian generasi dengan PR besar, bom waktu berupa “cuci piring usai pesta”. Generasi yang belum lahir sudah dibebani konflik antar periode. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar