modernisasi Pancasila,
hipotesa pijakan dan pegangan global
Kemudahan akibat ada ibu Pertiwi, tanah-air nusantara. Membuat banyak pihak
sadar akan siapa dirinya. Mulai dari bisa pakai tak mahir jaga martabat. Nyaris
lupa, watak dasar suka barang baru. Kendati dalam praktik lebih merasa nyamana
makan gengsi kenakan produk asing, barang sisa impor, bekas berklas.
Dengan alasan kebutuhan beras lokal tak mampu mengenyangkan perut manusia
nusantara maka punya alasan politis impor beras. Mendongkrak martabat negara
agraris dengan membantu petani negara tetangga kian sejahtera. Di negeri asal,
buruh-tani berbayar murah. Bisa pakai tenaga kasar warga binaan. Timbal balik
tanpa diminta, NKRI akan mendapat bantuan politik tak mengikat hanya tahu sama
tahu antar petugas partai.
Atas nama tantangan zaman dan laju peradaban, selain pasar bebas dunia dan
efek domino globalisasi, memang manusia politik nusantara ramah investor dan
sigap gagap asupan klas impor.
Protokol politik nusantara, dengan cerdas politik ganda, pokoknya selama
periodenya. Mala petaka politik ada hitung-hitungannya. Soal ganti pemimpin
nasional, salah sendiri mau-maunya ambil risiko tak bertuan.
Soal pasca tak mendapat kepercayaan rakyat, lanjut kontrak bersisa hidup di
bekas negara sendiri. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar