Halaman

Selasa, 16 Juni 2020

modernisasi Pancasila, hipotesa pijakan dan pegangan global


modernisasi Pancasila, hipotesa pijakan dan pegangan global

Kemudahan akibat ada ibu Pertiwi, tanah-air nusantara. Membuat banyak pihak sadar akan siapa dirinya. Mulai dari bisa pakai tak mahir jaga martabat. Nyaris lupa, watak dasar suka barang baru. Kendati dalam praktik lebih merasa nyamana makan gengsi kenakan produk asing, barang sisa impor, bekas berklas.

Dengan alasan kebutuhan beras lokal tak mampu mengenyangkan perut manusia nusantara maka punya alasan politis impor beras. Mendongkrak martabat negara agraris dengan membantu petani negara tetangga kian sejahtera. Di negeri asal, buruh-tani berbayar murah. Bisa pakai tenaga kasar warga binaan. Timbal balik tanpa diminta, NKRI akan mendapat bantuan politik tak mengikat hanya tahu sama tahu antar  petugas partai.

Atas nama tantangan zaman dan laju peradaban, selain pasar bebas dunia dan efek domino globalisasi, memang manusia politik nusantara ramah investor dan sigap gagap asupan klas impor.

Protokol politik nusantara, dengan cerdas politik ganda, pokoknya selama periodenya. Mala petaka politik ada hitung-hitungannya. Soal ganti pemimpin nasional, salah sendiri mau-maunya ambil risiko tak bertuan.

Soal pasca tak mendapat kepercayaan rakyat, lanjut kontrak bersisa hidup di bekas negara sendiri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar