repetisi adegan
pembenaran agar tampak nyata benarnya
Pengalaman hidup harian tak serta
merta menjadikan tunas bangsa berpengalaman mengelola masalah dan kehidupan harian.
Mulai dari adat kebiasaan bahwa jalani hidup secara alami. Kondisi yang ada
dianggap seperti baisanya. Seperti merasa tak ada perubahan berkemajuan. Pertambahan
usia pun tak berefek pada proses penuaan maupun pendewasaan.
Manusia bukannya secara sengaja mau
menampakkan wataknya. Pola hidup terbetuk oleh asas menyalahkan keadaan. Cerdas
diri merasa hidupnya diatur oleh waktu. Semakin cakap mendaur ulang kesalahan
harian, makin merasa telah berlaku lurus-lurus saja. Kena semprit pinalti atau
dapat kartu kuning, dianggap konsekuensi logis.
Teguran lisan alias saling
mengingatkan antar pengguna nasib harian. Basa-basi tanda atensi.
Cuplikan kehidupan bernegara yang tayang ulang di media massa
arus utama. Sudah bersensor tanpa mengekor apa kata pemodal. Pokoknya,tampilkan
kisah sukses pesohor. Abaikan respon pemirsa bernada setengah miring, sumbang,
kurang lurus. Berharap atau malah ada pihak yang mereplikasi pada
kehidupan nyatanya.
Hari ini lebih berhasil ketimbang
kemarin. Sekedar dengan cara tiap hari ganti busana bersih. Biar tampak beda
dengan penampakkan yang liwat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar