Halaman

Sabtu, 06 Juni 2020

gairah politik tulang lunak nusantara, atas nama konstitusi vs makar berlapis


gairah politik tulang lunak nusantara, atas nama konstitusi vs makar berlapis

Menghadapi dua pilihan yang sewajah tapi tak seroman. Gampangannya, menebak wajah anak kembar dua yang identik, satu telur. Pakai dalil moderat, pilah-pilih sampai coba-coba. Tebak  buah manggis lain pasal. Menyangkut nasib diri, tidak bisa spontanitas asal pilih. Kata ahlinya, yang terlintas di pikiran pertama kali, itulah semacam “petunjuk”.  Soal ada kejadian di luar angan-angan, serahkan kepada pengadilan akhirat.

Kontrak politik tanpa pasal ikatan moral. Bukan laku politik nista. Dianggap cerdas bermasa depan. Mengakomodir daya jangkau kedampakan biaya politik. Detailisasi periode lima tahun agar tampak kebutuhan ’pintu darurat’. Asas kolaborasi, integrasi sampai sinergitas merupakan wujud teranyarkan dari sistem politik ‘sama rasa sama rata’.

Ingat kejadian sampai terjadinya siang dan malam. Religiusitas umat manusia semua agama langit, memahami pemanfaatan waktu sampai batas kurun waktunya. Pilhan bukan mana yang lebih bermanfaat bagi umat, apakah penguasa malam atau penguasa siang. Demi amannya, nyata terbukti adalah kuasipolitik, politiksemu menjadi agama bumi.

“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” ujaran BK menjadi daya dorong kebatinan, cerdas mental pelestarian ‘nasakom jiwaku’. Perguliran sejarah global, semacam meluncurnya bola salju. Sampai di tanah nusantara menjadi fakta fenomenal “berkat nila sebelangga, apa daya setetes susu segar”. Akhirnya, tak layak menolak ajakan berkesempatan plus tak pantas kejar uber spekulasi politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar