Halaman

Minggu, 28 Juni 2020

daur ulang ateis nusantara, prasetya vs pascasetya


daur ulang ateis nusantara, prasetya vs pascasetya

Memangnya sampah, barang bekas berkualitas, efek samping produk gagal, buangan alias apkiran. Namu di tangan ahlinya, disulap mendapat nilai tambah. Kebatinan, kepercayaan atas tuah kuasa politik diformat secara konstitusional.

Pasal tak tertulis mistikus, takhayul, khayali, tradisi anismisme-dinamisme seolah bak ajaran filosofis, filsafatis, falsafah  berbasis okultisime. Anak suku bangsa pribumi, sukabumi tak perlu merguru jauh-jauh sampai ke negeri China.

Arus budaya dengan bukti musik ngak-ngik-ngok zaman Orde Lama. Sampailah kejadian gaya pria tulang lunak yang modis. Aroma irama musik genre udeducated people menambah status sosial.

Pemakan bangku sekolah sampai tingkat akademis merasa selaku pemikir agamais. “Fatwa” ujaran ajaran tak beda jauh dengan khazanah permakian, penistaan diri secara redaksional. Bukti santai ada di media massa non arus utama. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar