Halaman

Rabu, 17 Februari 2021

swateror akibat buruk muka diri

 swateror akibat buruk muka diri

 Lagu lawas dengan tema zaman sekarang atau dioplos dengan kondisi terkini. Peribahasa “buruk muka cermin dibelah” berlanjut masuk adab berpolitik nusantara. Ruang  gerak, bidang garap, cakupan resmi pemerintah untuk mewujudkan gerakan bermasyarakat.

 Rakyat berkebebasan menentukan nasib sendiri. Pemerintah, penyelenggara negara sebatas susun kebijakan publik. Gejolak di masyarakat, acap dijadikan obyek politik. Campur tangan pemerintah setempat mapun alat negara, hamba hukum, sebatas melokalkan kasus. Bara kasus semakin dikendalikan atau diintimidasi, semakin membara. Pihak wakil rakyat dan wakil daerah di tingkat pusat ditambah kepala negara, hanya fokus pada skala nasional. Persoalan yang menyangkut wibawa negara di pentas dunia.

 Infrastruktur politik anggap saja masih sesuai strandar, itu-itu saja, semisal gubah partai politik (political party), kerumunan kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure group), alat komunikasi (political media), tokoh-tokoh politik (political fi gure). Posisi bebas wujudan tirani minoritas, elit lokal, aktor non-negara, dinasti politik.

 Terdapat kekuatan yang tersembunyi (latent power) selaku pusat kendali jalannya revolusi mental penyelenggara negara. Bukan ini maksud benderangnya. Anak bangsa nusantara berketurunan di tempat, tanpa bauran lintas etnis. Merasa satu ilmu, satu guru, beda keyakinan, lain kepercayaan. Tanpa uang muka plus tatap muka, penganut asas “berani pantat takut jidat”. Sama-sama angkat kata. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar