Halaman

Senin, 01 Februari 2021

agak-agak bagaimana

agak-agak bagaimana

 Menguasai media massa putar balik lawan arus, otomatis akan menguasai jalur pendek, sumbu pendek, jarum pendek budaya pikir. Budaya instan, karbitan, orbitan masuk ke daya pikir, olah akal, reka nalar. Ingat “bonus idélogi non-Pancasila, tak pakai lama vs tidak perlu mikir”. Tak masalah jika putra-putri terbaik memandang oknum ketua umum, bak tokoh spiritual. Tokoh kejiwaan, sosok kebatinan. Apalagi yang sedang menikmati buah kebijakannya. Lagi-lagi, menyangkut pasal nikmat dunia. Namanya politik bung!

 Rukun agawé santosa mbokdé mukiyo, dudu dukun gawé kuwasa. Masyarakat desa sudah lama mempunyai pranata sosial, modal sosial, moral sosial, norma sosial. Aneka bentuk ikatan sosial,  solidaritas sosial, hubungan sosial, interaksi sosial maupun praktik guyub, rukun, gotong royong sebagai pilar utama  kemasyarakatan serta kehidupan dan penghidupan masyarakat desa.

 Gagal paham Bung!, bukan gagal saham. Yang tertinggal komplit, tersisa utuh hanyalah gagal bayang-gayang masa lampau vs gagap bayang-bayang masa depan. Mantra ujaran orang tua di dalam ekologi rumah tangga sangat berdampak.  Kalimat positif, menjadi pengungkit, pengangkat, pengangkut untuk  anak-anak yang sukses.  Sebaliknya, rangkaian kata  negatif macam olok-olok politik menjadi menu harian keluarga gagal sejahtera.

 Tak perlu terheran-heran. Perjuangan sebuah partai politik bukan merupakan fungsi kebutuhan rakyat. Karakter negara kepulauan, yang intensitas kadar agraris, maritim serta rawan bencana alam menjadikan anak bangsa pribumi ramah lingkungan. [HaèN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar