Halaman

Minggu, 07 Februari 2021

yang selayaknya vs yang seyogyanya

yang selayaknya vs yang seyogyanya

 Jika ada pihak yang menggunakan judul sebagai rumus penilaian atau sekedar syarat minimalis. Menambah marak perhelatan mengatasnamakan garda terdepan bela juragan. Tanpa kasus terpendam atau temuan dadakan, berfungsi selaku bahan pertimbangan moralitas pendasar tindak aksi kerakyatan.

 Integritas diri seseorang menjadi cikal bakal pembentuk jati diri. Kondisi margin atau status statis tetap eksisi. Tidak sekedar praktik gaya low profile, Begitu keluar rumah, apalagi keluar dari halaman rumah, kondisi eksternal susah ditebak apa maunya. Ikhwal yang biasanya tampak bersahabat, hari ini bisa berbalik 180 derajat. Percakapan malam masih terngiang di kuping, ketika pagi temu yang empunya mulut atau cakap, ybs merasa tidak berkata sepatah kata pun.

 Pergerakan horizontal beberapa langkah, seperti pindah peradaban. Bayangkan, kalau bergeser ke atas secara vertikal. Terpaan angin dan isu bebas kian deras. Hukum lokal sigap terkam pihak yang tampak paling lemah, sangat miskin dan tampang memelas. Ibarat bis tingkat, memang di strata yang selapis di atas pondasi bermasyarakat tidak terdapat sopir, pengemudi.

 Kehidupan bernegara, khususnya oknum maupun kawanan penyelenggara negara, ibarat pucuk, puncak piramida. Asumsi historis mengindikasikan karena goyangan, goncangan sedemikian intensif. Mau duduk manis takut aksi tukang serobot. Kursi belum lunas, sudah diincar teman sepermainan. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar