Halaman

Selasa, 16 Februari 2021

sigap diri di hadapan-Nya tanpa sekat dan bebas jarak

sigap diri di hadapan-Nya tanpa sekat dan bebas jarak

 Bahasa manusia menyebutkan bahwa Allah swt turun ke muka bumi di sepertiga akhir malam. Allah swt ada dimana-mana. Tidak terikat tempat, lokasi, kedudukan dan setiap saat, setiap waktu tanpa batas waktu bumi. Dimana bumi dipijak, bisa menjadi tempat tegakkan sholat.

 Ketika secara tak sengaja tiap hari menatap langit. Merasa terik atau mendung. Tak terbaca bahasa langit. Tak curiga ada sinyal dari langit. Terbuai sibuk dengan menu harian. Adu nyali dengan sesama makhluk. Bumi tanpa ingkar menterjemahkan bahasa langit. Isi bumi ikut bicara mengingatkan manusia.

 Tak bisa dipungkiri, kesiapan puasa Ramadhan umat Islam tampak jelang waktu maghrib. Sigap diri di menit-menit terakhir. Menu buka puasa tinggal pilih. Menu khusus, khas yang hanya muncul di bulan puasa Ramadhan. Waktu dalam ukuran detik sedemikian berharga.

 Padahal, mengacu firman-Nya tersurat plus tersirat di (QS Ali  ‘Imran [3] : 191) :

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):  "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

 Akal sehat manusia menjadikan diri serba merasa bisa, merasa mampu, merasa layak. Gema azan hingga sampai di kuping kita, selaku panggilan pertama dari-Nya. Jika kita bersegera memenuhi panggilan-Nya maka Allah swt akan bergegas mendengar doa kita. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar