Halaman

Selasa, 02 Februari 2021

utang janji politik, kebawa mimpi vs dibawa mati

utang janji politik, kebawa mimpi vs dibawa mati

 Cilaka 13, sial 12 sampai bencana politik komplit ganjil-genap menjadi menu berkenormalan. Tidak bisa diganggu gugat karena demi martabat pantat penguwasa. Ibu Pertiwi tetap setia menjadi saksi atas segala balik adab anak bangsa tujuh turunan nusantara.

 Negeri multipartai bukannya menyajikan banyak pilihan wujudan, bentukan, bakalan produk politik cerdas mulia. Kemasan jalan mulia menuju pen-duduk-an kursi demokrasi. Format daripada pesta demokrasi sedemikian bias akibat berbasis dasar negara menjadi satu-satunya asas. Semakin diurai secara ilmiah, semakin jauh dari bahan baku awalnya. Berbaur, lebur dengan aliran, arus politik makro.

 Indonesia sejahtera di pelupuk mata. Menyimak hasil pembangunan fisik sejak NKRI diproklamirkan. Lebih dari sekedar ucap rasa syukur. Kian bersyukur karena prestasi kinerja terukur. Sebagai bukti sejarah peradaban dan kemanusiaan. Sejalan atau berbanding lurus mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Kebutuhan dasar rakyat papan bawah, didekati dengan program/kegiatan anti-miskin. Asumsi bahwa kasta dasar ini memang lebih tahan banting. Hidup mengandalkan kemurahan dan keramahan alam. Bukan berarti terbelakang. Sebagian dari mereka masuk bursa generasi medsos.

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, yang menjadi acuan presiden – tepatnya presiden keenam dan presiden ketujuh – dengan “hasil” bisa disimak pada laporan indeks, indikator apa saja. Lebih afdol hasil pengamatan tahunan oleh PBB atau badan usahanya. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar