Halaman

Minggu, 21 Februari 2021

gocékan muntu mbokdé mukiyo

gocékan muntu mbokdé mukiyo

Si cobèk anak keturunan batu, anak cucu batu. Maka jika berwatak kepala batu hingga sampai “ada udang di balik batu”. Tidak layak diperdebatkan. Kendati omongan ringan di warung nasi kelas teri plus lauk andalan rakyat: tahu dan atau tempe. Trah politik agawé bubrah tatanan negara. Korelasi aktif eksistensi gunung berapi yang masik suka berapi-api dengan ketersediaan batu, pasir dan sebangsanya.

 Modus aneka subversi, subvariasi agar tampilan diri tetap meyakinkan. Sudah sampai habis-habisan bergaya, tetap tampil tanpa daya berke-diri-an. Tunjangan nama leluhur tidak serta merta bikin rakyat berharap banyak. Menaruh harapan. Jurus ilmu serapan mancanegara, malah bukan menjadi ilmu terapan. Balik adab memancing pukulan jarak jauh terpa wajah diri tanpa sanksi.

 Mati langkah akibat kerbau keberatan tanduk. Tindak tanduk manusia fungsi serap, peras, resap. Semakin menatap wajah diri di cermin. Merasa kembali ke zaman batu. Demam batu mulia, pratanda agar manusia ingat.Sibuk menggarap bebatuan sekedar memuliakan jati diri yang berawal, berasal, bermula dari tanah. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar