Halaman

Selasa, 16 Februari 2021

mégaéfék bayang-bayang angkara aksara

 mégaéfék bayang-bayang angkara aksara

 Buta huruf, buta aksara ikut arus zaman, anut perubahan peradaban bebas gaul, sertaan balik adab dikira berkemajuan. Singkat kata terjadilah buta bahasa. Bukti ujung jari anak batita mahir main gawai, otak-atik fitur gadget bahkan berceloteh di dunia maya. Berilmu formal malah abai bahasa. Acap tampil di media massa, semisal apalagi layar kaca. Berpatut diri dengan bergaya bahasa yang tidak ada kamusnya.

 Protokol martabat kemanusiaan dengan asas bebas tatap muka. Mereka yang merasa punya muka, pe-muka merasa mahir alirkan rangkaian kata bak jurus maut. Manfaatkan jasa produk TIK dengan seksama. Sama rasa, sama rata sama-sama. Berjasa buat penguasa, dengan bobot bayaran tanpa uang muka.

 Sejarah bisa berulang dengan pelaku yang berbeda, biasa. Sejarah didaur ulang oleh pelaku yang sama, biasa-biasa saja. Sejarah direhabilitasi oleh anak cucu ideologis pelaku, hal yang biasa di syahwat, saraf politik. Aksi promosi, provokasi, propaganda versi Partai Komunis Indonesa (PKI) plus organisasi kemasyarakatan.

 Efek berantai, efek domino, efek karambol sesuai skenario dan konspirasi global. Pertama, bangga dengan jasa leleuhur selaku dengn gaya laku pro wong cilik. Kedua, sebagai intimidasi, stigma, agresi mental kepada lawan politik, pihak beda pilihan, berseberangan.

 Kawanan pendengung, pendenging tergantung bayaran. Bahkan bisa balik arah bak senjata makan tuan. Bukan sekedar pagar makan tanaman. Tersedia paket harian bebas ongkir. Menerima order bebas uang muka. Paket komplit satu periode itu yang banyak penggemar selain dukungan dukun politik. Enzim, energi, emosi politik nusantra menjadi mubazir dan cepat basi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar