Halaman

Senin, 15 Februari 2021

wong cilik gumuyu, kebelet lungguh vs salah kedadèn

wong cilik gumuyu, kebelet lungguh vs salah kedadèn

 Abdullah bin Amr bin 'ash r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Bahawasanya Allah swt tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah swt menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain." (HR Muslim)

 Badhé pilpres 2024, gugon tuhon vs guyon waton. Rakyat kebal dengan bencana politik buatan manusia. Bencana sosial, ekonomi akibat salah rumus. Rumus pasar tradisional untuk mengantisipasi dampak gejolak pasar dunia. Jangan salah-salahan, justru menunjukkan daya tahan anak bangsa pribumi.

 Wolak-waliking jaman, kebo nyusu gudèl vs gudèl kesusu dadi kebo. Hasil rapat dengar pendapat antara wakil rakyat dengan pihak yang diduga termasuk judul. Hasilnya di luar harapan semua pihak yang merasa ‘dudu gudèl dudu kebo’. 

Nglungguhi klasa gumelar vs gumelaring karpet abang. Zaman Orde Lama, Partai Komunis Indonesa (PKI) plus organisasi kemasyarakatan, gemar membuat jargon dengan efek ganda. Pertama, promo atas diri sendiri. Kedua, sebagai stigma kepada lawan politik,  pihak beda pilihan, berseberangan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar