Halaman

Minggu, 28 Februari 2021

relawan bak juru sorak, merasa berhak

relawan bak juru sorak, merasa berhak

Beda jauh dengan sukarelawan yang diterjunkan langsung di Irian Barat. Hadap usir serdadu Belanda plus. Pembebasan Irian Barat awal 1960. Kader partai politik lebih memilih mendirikan posko. Tapi bukan di tanah Papua. Galang dana kemanusiaan. Ingat kisah si ‘Pending Emas’ Herlina. Tersirat ada parpol konsildasi diri jelang kudeta, makar.

 “kogam” alias komando ganyang Malaysia, alih perhatian nasional. aksi Papua berlanjut, berjilid masik tatanan kelompok kriminal bersenjata. Terdata adanya pihak pemasok senpi. Dipelintir, manipulir untuk senjata berburu binatang, tembak target. Kemungkinan ada aktor non-negara yang buka ladang bisnis. Tentara bayaran juga bukan. Serdadu sewaan gampang ditengarai.

 Politik tak kenal kompromi dengan masa depan. Satu periode bisa dapat apa. Belum lagi parasit, benalu kehidupan politik sigap bak lintah darat. Perintisan dinasti politik merujuk pemerintah bayangan, kerajaan daerah atau angka keamanan dibuat dinamis, lentur. Pengkhianat negara segala ukuran liwat jalur parpol, tidak bisa dipidanakan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar