Halaman

Kamis, 25 Februari 2021

subversi politik nusantara, kambing hitam plus kelinci percobaan

 subversi politik nusantara, kambing hitam plus kelinci percobaan

Perjalanan partai politik, organisasi kemasyarakatan, pergerakan kebangsaan, kesadaran people power plus pemikiran individual, kelompok masyarakat maupun rasa kedaerahan menjadi watak tempa jati diri periodeisasi presiden.

 Jelas baru yang ini, alinea pertama terjadi dari satu kalimat. Mirip bahasa hukum. Agar tampak nyata pemikiran sang pengolah kata. Maksud terselubung, alinea pertama menjadi penjelasan singkat atas terjadinya judul. Narasi berikutnya bisa mirip lakon ada “happy ending”-nya. Menyisakan tanda tanya, rasa penasaran, sekedar ingin tahu saja vs mau tahu sekali pemirsa.

 Bicara politik hanya bikin pusing pencernaan. Memaksakan diri mengunyah masukan yang sudah ketahuan apa-siapanya. Pola kepartaian hanya sekedar menambah mata rantai, tata niaga bernegara. Dari hulu dengan pilkades hingga sampai pilpres, benang merah kemerahan politik nusantara. Kampung politik diimbangi kerajaan dinasti politik.

 Kredo “adil, makmur berkesejahteraan” dikemas menjadi kampanye politik plus modal menadah modal investor global, utang luar negeri, pinjaman berbalik bayar barter politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar