Halaman

Kamis, 11 Februari 2021

narasi nasionalisme plus sigap patriotisme di atas kertas, beda saja

narasi nasionalisme plus sigap patriotisme di atas kertas, beda saja

 Bak terbuka jenis kijang jadul, tahun 80-an. Ruang mesin lega. Incaran toko material, jual bahan bangunan. Kuat menanjak, muat muatan banyak. Bebas tilang dan kir. Warna kendaraan tidak jelas, Jangkuan pelayanan radius >10 km. Bisa disewa buat angkut buang puing, tebangan pohon. Tongkrongan sesuai umur dan pengalaman.

 Liwat polisi tidur harus super cekatan. Gaduh bunyi pegas, peredam kejut, bodi. Rontokan pasir, wajar. Benturan antar barang. Menerobos portal sesuai tumpukkan. Masuk kompleks kawasan perumahan versi KPR-BTN terkena retribusi. Termasuk pendapatan aseli RW. Warga bisa utang ke toko material. Sistem bayar sesuai bayar tukang, tiap sabtu. Atau kompromi lisan dengan asas tahu sama tahu. Tak akan lari.

 Ikhwal lainnya. Jika bak terbuka pulang kosong. Menjadi ajang penyerta anak-anak. Numpang gratis. Bukan itu. Pelakunya kebanyakan anak kampung sekitar kompleks yang sobo atau iseng jelejah cari manga muda. Berkat berkelanjutan agresi pandemi covid-19, akses dibatasi pada pintu masuk utama. Jalur tikus, gang senggol bagi pejalan kaki, pesepeda masih terbuka.

 Zona merah secara partial pernah terjadi. Ada eloknya, orang yang suka iseng berkeliaran, segala umur menjadi terpaksa berpikir. Terkecuali pemulung, kolektor B3, petugas sampah dapur plus PSK. Siang jatah ketoprak yang memang ciri khasnya. Pedagang mie rebus, nasi goreng dan pengganjal perut, tereduksi secara alami. Kalah dengan jajanan dalam jaringan. [HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar