radikalisme anak bangsa
nusantara vs proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945
Sejarah walau bagaimana
pun penulisannya, tak akan bisa menipu fakta. Penguasa sebuah negara, sah-sah
saja membukukan pelajaran sejarah nasional. Pakai tinta emas, pena emas maupun
pakai dawat hitam, sejarah tetap sejarah.
Belajar dari sejarah.
Pertama. Zaman rezim
penguasa tunggal Orde Baru. Utamakan pola indoktrinasi penghayatan dan
pengamalan Pancasila. Efek domino Pancasila Sakti. Wawasan nusantara membuat penguasaan
teritorial oleh ABRI sampai tingkat desa. Tidak pakai falsafah negara
multipartai.
Kedua. Rezim politik
pasca reformasi yang bergulir dari puncaknya, 21 Mei 1998. Sejak matra
globalisasi menjadi lagu wajib dunia, universal. Politisi sipil nusantara
tiarap di tempat. Lari di tempat. Injak-injak bumi. RI mempoisisikan diri
sebagai negara berkembang yang taat aturan dunia lain.
Jadi, skenario global
apa lagi yang belum tuntas dituntaskan, ditunaikan, dilaksanakan oleh penguasa
tanpa tanya. Tak pakai rumusan untung rugi bagi bangsa. Mantapkan posisi pantat
sampai akhir hayat. Sinyalemen. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar