Halaman

Minggu, 24 November 2019

radikalisme anak bangsa nusantara vs proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945


radikalisme anak bangsa nusantara vs proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945

Sejarah walau bagaimana pun penulisannya, tak akan bisa menipu fakta. Penguasa sebuah negara, sah-sah saja membukukan pelajaran sejarah nasional. Pakai tinta emas, pena emas maupun pakai dawat hitam, sejarah tetap sejarah.

Belajar dari sejarah.

Pertama. Zaman rezim penguasa tunggal Orde Baru. Utamakan pola indoktrinasi penghayatan dan pengamalan Pancasila. Efek domino Pancasila Sakti. Wawasan nusantara membuat penguasaan teritorial oleh ABRI sampai tingkat desa. Tidak pakai falsafah negara multipartai.

Kedua. Rezim politik pasca reformasi yang bergulir dari puncaknya, 21 Mei 1998. Sejak matra globalisasi menjadi lagu wajib dunia, universal. Politisi sipil nusantara tiarap di tempat. Lari di tempat. Injak-injak bumi. RI mempoisisikan diri sebagai negara berkembang yang taat aturan dunia lain.

Jadi, skenario global apa lagi yang belum tuntas dituntaskan, ditunaikan, dilaksanakan oleh penguasa tanpa tanya. Tak pakai rumusan untung rugi bagi bangsa. Mantapkan posisi pantat sampai akhir hayat. Sinyalemen. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar