modus panas adem, tumbal
politik vs linglung identitas
Tak disangka oleh pihak manapun, terjadi juga pemberian
label, pelabelan pada pelaku politik nusantara. Berawal dari label petugas
partai buat presiden ke-7 oleh presiden ke-5. Tentunya, dengan kapasitas
sebagai oknum ketua umum sebuah parpol pengusung. Kader lokal tidak ada yang
layak. Nilai jual anak cucu ideologis
hanya sebatas lokal.
Parasit politik, benalu politik menjadi modal utama
parpol pemula pesta demokrasi. Penumpang jarak dekat, sekedar cari nama, cari
muka. Setiap pilpres selalu muncul
parpol dadakan, kader karbitan. Ambisi, pamrih begitu kentara di setiap
gebrakan. Pemain watak yang ringan kata memanipulasi watak diri.
Kalkulasi politik dengan mempermaikan pola pasang
badan. Sigap menjegal dan menjagal. Aksi melebihi pihak penjual jasa keamanan. Kawal
juragan atau merasa bagian utama penentu nasib kepala negara. Imbalan kursi itu
yang dituju, jelas dan terukur.
Ironis binti miris, pelabelan bukan dari luar. Lebih
tepat datang dari pihak lawan politik. Hasil rekayasa diri untuk mendongkrak
wibawa. Pakai ujaran bebas. Menggunakan kata nista resmi. Kedok memang selalu
ditampilkan apa adanya. Ada maunya memang syarat berpolitik jangka pendek. Timbal
balik tak sesuai harapan. Banting timbangan. Balik badan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar