generasi gemulai
nusantara, merasa gagah berolok-olok politik
Tanggungan nasib manusia (baca, catatan penghasil dosa) menjadi tanggung
jawab pribadi. Tidak bisa dilimpahkan ke pihak lain. Tak dapat diwariskan ke
anak cucu. Mengapa tak bisa jadi kalifah, pemimpin, penguasa atas diri sendiri.
Maunya lihat ke atas, ke pihak lain yang sukses dunia. Merasa bisa. Orang lain
kok bisa nongkrong dan atau nangkring bebas di pucuk, di puncak kehidupan. Naik
daun bermain antar panggung. Tak pernah sepi order. Tak pilah pilih order. Abaikan
semangat kolektif kolegial. Jatah order teman, kalau bisa diembat, disikat
ludes.
Merujuk pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di
Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagai pusaka. Pusaka (heritage)
Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana.
Pusaka Alam adalah bentukan
alam yang istimewa.
Pusaka Budaya adalah hasil
cipta, rasa, karsa, dan karya dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang
sejarah keberadaannya. Pusaka Budaya mencakup pusaka berwujud (tangible)
dan pusaka tidak berwujud (intangible).
Pusaka Saujana atau dikenal
dengan cultural landscape (saujana budaya), merupakan fenomena kompleks
dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud
Dogma pejah gesang ndèrèk panguwasa, berepisode sampai periode kedua. Modus yang muncul
dengungan menjadi promosi, propaganda, provokasi.
Ingatkan diri pada pasal Kontra radikalisasi dilakukan secara
langsung atau tidak langsung melalui kontra narasi, kontra propaganda, atau
kontra ideologi. Sejalan dengan aksi fisik pasang badan, kawal nusa, jaga juragan, bela
majikan. Merebak sampai media dalam jaringan sebagai ajang penebar dan penabur
fitnah dunia.
Akhirnya, rasanya ada dua sinyalemen santai. Pertama. Apakah diskursus pendidik
politik arau melek politik anak bangsa pribumi nusantara liwat medsos, daring
menjadi sumber otoritatif yang memberikan otoritas kepada kawanan loyalis
penguasa dalam hal propaganda kisah sukses? Kedua. Seampuh apa proliferasi atau
perkembangbiakkan aksi belapati kawanan loyalis penguasa liwatmedsos, daring
membentuk otoritas propaganda politik adalah agama baru?
Begitulah masih belum begini. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar