Halaman

Jumat, 15 November 2019

militansi bangsa berkemajuan vs re-radikalisasi kawanan pendérék panguwasa



militansi bangsa berkemajuan vs re-radikalisasi kawanan pendérék panguwasa

Bahasa Indonesia diperkaya oleh atau merupakan persatuan bahasa daerah. Tidak sama halnya dengan suku, kaum anak bangsa berdaerah-daerah. Asupan gizi dan tegukan air minum serta daya cerna kuping. Pengaruh lingkungan lokasi tempat tinggal serta tempat gaul akan menentukan daya adab ybs.

Kendati Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Belum ada pembuktian terbalik bahwasanya potensi’calistung’ anak bangsa pribumi seperti harapan. Apalagi di-BST-kan  dengan negara sesama ASEAN.

Masih ingat dengan biaya demokrasi untuk pesta demokrasi (rakyat) Rabu, 17 April 2019. Produk terukur yaitu munculnya generasi ujung jari tangan. Bersaing pamer bégo di media sosial dan sejenisnya. Bukan sekedar bersilat lidah bak modal ‘lidah tak bertulang’ dan atau ‘lidah bercabang’.

Hiburan bagi penghibur. Agar tampak memperjuangan nasib rakyat, tampil di acara, atraksi, adegan bernuasa dialog, diskuai, debat dengan gaya bebas. Umbar kata hati tanpa proses hati. Argo politik bak kuda liat diimbangi pikiran liar kawanan politisi sipil maupun mantan angkatan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar