militansi bangsa
berkemajuan vs re-radikalisasi kawanan pendérék panguwasa
Bahasa Indonesia diperkaya oleh atau merupakan persatuan bahasa daerah. Tidak
sama halnya dengan suku, kaum anak bangsa berdaerah-daerah. Asupan gizi dan
tegukan air minum serta daya cerna kuping. Pengaruh lingkungan lokasi tempat
tinggal serta tempat gaul akan menentukan daya adab ybs.
Kendati Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%
(dua puluh persen) dari APBN serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional. Belum ada pembuktian terbalik bahwasanya
potensi’calistung’ anak bangsa pribumi seperti harapan. Apalagi di-BST-kan dengan negara sesama ASEAN.
Masih ingat dengan biaya demokrasi untuk pesta demokrasi (rakyat) Rabu, 17 April
2019. Produk terukur yaitu munculnya generasi ujung jari tangan. Bersaing pamer
bégo di media sosial dan sejenisnya. Bukan sekedar bersilat lidah bak modal ‘lidah
tak bertulang’ dan atau ‘lidah bercabang’.
Hiburan bagi penghibur. Agar tampak memperjuangan nasib rakyat, tampil di
acara, atraksi, adegan bernuasa dialog, diskuai, debat dengan gaya bebas. Umbar
kata hati tanpa proses hati. Argo politik bak kuda liat diimbangi pikiran liar
kawanan politisi sipil maupun mantan angkatan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar