Halaman

Selasa, 19 November 2019

aksi rakyat nusantara maunya, mengisi ruang kosong peradaban vs menyambung mata rantai kemanusiaan


aksi rakyat nusantara maunya, mengisi ruang kosong peradaban vs menyambung mata rantai kemanusiaan

Kata kunci ‘rakyat’ baru bermartabat jika menjad frasa ‘wakil rakyat’. Dibunyikan dalam wujud ‘kedaulatan rakyat’, banyak pihak alergi, antipati dan sebagai cikal bakal penggunaan lema ‘radikal’ tanpa akal. Mirip obat generic yang cespleng untuk jenis penyakit rakyat: pusing, pening, sakit kepala, mumet.

Penyakit rakyat jauh makna dengan penyakit masyarakat utawa pekat. Dampak nyata penyakit politik terhadap kehidupan rakyat. Pihak berwajib, berwenang masih belum merilis maklumat dengan model indeks apa pun namanya. Tahu-tahu, akibat efek domino globalisasi membuat Pemerintah salting. Atau sebaliknya, punya dalih, alasan masuk akal untuk banyak tingkah.

Dimodali penggunaan kata: radikal, fundamentalis, militan, ekstrimis, fanatisme, teror, horor, makar, ujaran kebencian, provokasi, separatis, penebar dan penabur berita fasik dan selanjutnya. Tanpa buka kamus bahasa. Malah buka kamus politik lokal. Ditambah dengan atau hasilnya: olok-olok politik.

Agar gagal paham tak semangkin mengakar mewujud sebagai paham baru. Maka daripada itu simak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009, tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Akan didapat: 

dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai;

Mata rantai bulat yang berjumlah 9 melambangkan unsur perempuan, mata rantai persegi yang berjumlah 8 melambangkan unsur laki-laki. Ketujuh belas mata rantai itu sambung menyambung tidak terputus yang melambangkan unsur generasi penerus yang turun temurun.

Ternyata, penguasa juga punya skenario terselubung. Jika rakyat tahan lapar, kuat dukung beban derita. Tidak demikian halnya dengan rakyat yang daya belanjanya tergantung gaji. Jika kran ‘rezeki’ diblokade, bisa mati kutu. Mau main kutu loncat, pindah ke profesi apa.

Jadi . . . [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar