Halaman

Kamis, 21 November 2019

memoles indera radikal generasi skenhaf


memoles indera radikal generasi skenhaf

Barangsiapa mampu mendayagunakan otak kanan maupun otak kiri di bawah rata-rata kategori manusia berpikir. Patut diduga sebagai ahli komen yang tak pakai pikir panjang. Model sumbu pendek. Hubungan pendek asal menguntungkan, itulah yang dicari. Pemikir tembus waktu.

Ujung jari tangan sudah mati rasa. Sebagai alat indera peraba, alih fungsi menjadi juru tekan tuts. Atas perintah otak. Daya bahasa kian fokus. Khususnya pada kata nista diri. Olok-olok politik itu mah klas rendahan. Tidak hanya kebawa ke alam mimpi bawah sadar. menjadi menuu harian secara sadar diri dan berdedikasi.

Dimodali penggunaan kata: radikal, fundamentalis, militan, ekstrimis, fanatisme, teror, horor, makar, ujaran kebencian, provokasi, separatis, penebar dan penabur berita fasik dan selanjutnya. Tanpa buka kamus bahasa. Malah buka kamus politik lokal. Ditambah dengan atau hasilnya: olok-olok politik.

Bahwasanya main politik di nusantara, tidak perlu orang waras. Tak perlu pakai akal sehat, tak perlu modal otak encer, tak butuh jiwa tenang maupun tak usah punya raga prima. Sebegitukah. Yang terdeteksi kacamata awam atau tinggal pirsa di media apa pun. Mulai manusia politik sekaliber petugas partai sampai tukang keplok, juru sorak. Merasa layak diri memunculkan diri dengan modus apapun.

Di level paling bawah, muncul kawanan manusia mudah menangkap modus sigap libas bangsa sendiri. Modal kata, frasa yang terasa gagah, gemulai. Mirip pelaku skenario hafalan. Itu dia maksudnya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar